Jumat, 28 November 2014

~~ KITAB DELAPAN PENJURU MATA ANGIN.~~

~~ Bismillahirrahmannirrahim.~~

Alkisah disebuah padepokan diperkanpungan terpencil
seorg murid yg sudah belajar 10thn berencana untuk
keluar dan mempraktekkan ilmunya dimasyarakat..
Ia memohon pd gurunya:
"Guru, saya sdh belajar disini selama 10th dan sudah
banyak mendapat bimbingan dari guru..
Kini izinkan saya untuk turun ke masyarakat dan
mengabdikan ilmu yg telah guru berikan kepada saya agar
lebih berguna bagi masyarakat.."
Sang gurupun menghela nafas panjang tetapi akhirnya ia
menyetujui jg keinginan muridnya itu.
Bulan berganti bulan, tahun berganti tahun..
Sang murid akhirnya menjadi seorg da'i dan mubaliq
terkenal disebuah kota..
Ketenaran sang murid semakin melejit kepelosok negri
setelah ia mengarang dan menerbitkan sebuah buku yg
berjudul :
"KITAB DELAPAN PENJURU MATA ANGIN"
Kitab itu berisi 8 petunjuk arah untuk mencapai Ridho
Illahi yang terdiri dari:
Petunjuk 1: Tauhid
Petunjuk 2: Sabar
Petunjuk 3: Ikhlas
Petunjuk 4: Syukur
Petunjuk 5: Kasih sayang
Petunjuk 6: Memaafkan
Petunjuk 7: Takwa
Petunjuk 8: Berserah diri
Dengan kitab hasil karyanya itu, ia menjadi semakin
terkenal di seluruh negri, banyak dipanggil dimana2 untuk
ceramah dan dilabeli sbg da'i semilyar umat..
Betapa senangnya hati sang murid, hingga suatu hari
iapun teringat akan gurunya dan ingin berbagi rasa
keseangan itu kepada gurunya..
Lalu ia memanggil santrinya utk mengirimkan
"KITAB DELAPAN PENJURU MATA ANGIN"
kepada gurunya beserta sepucuk surat:
"Guru yg saya hormati..
Alhamdulillah kini saya sudah dapat mempraktekkan ilmu
yg guru berikan dan diterima dengan baik oleh masyarakat
luas..
Sayajuga telah mengembangkan ilmu saya & mengarang
sebuah kitab yg berjudul:
"KITAB DELAPAN PENJURU MATA ANGIN"
yg mendapat sambutan hangat banyak orang dan para
ulama negri..
Saya mengirim santri saya kepada guru untuk
menyampaikan kitab itu agar guru sudi kiranya
membacanya dan memberikan komentar.."
Lalu santri itupun pergi ketempat sang guru ditempat
terpencil sebuah perkampungan..
Setelah bertemu sang guru, santri pun memberikan titipan
kitab dan sebuah surat..
Sang guru pun menerima kitab tersebut dan membaca
suratnya..
Setelah melihat2 sejenak pd isi "KITAB DELAPAN PENJURU
MATA ANGIN" sang gurupun menuliskan sepucuk surat
kpd muridnya sebagai komentar..
Surat itupun dilipat lalu dititipkan kepada santri..
"Pulanglah engkau dan sampaikan suratku ini padanya.."
Santripun kembali pulang dan sesampainya ditempat, ia
memberikan sepucuk surat dari sang guru..
Sang muridpun dengan suka cita membuka dan membaca
surat dari gurunya..
"Muridku.. Aku senang dengan keberhasilanmu..
Tetapi setelah aku membaca kitabmu,
aku merasa karya tulisanmu seperti KENTUT..
sangat tidak bermakna dan memalukan aku sebagai
gurumu.."
Betapa terkejutnya sang murid membaca surat dari
gurunya..
Betapa tidak, komentar sang guru ternyata diluar
dugaannya..!!
Fikirannya mulai melayang..
"Aaachh.. Guru mungkin ada salah pengertian terhadap
kitab itu..
Atau guru mungin sudah terlalu tua hingga tak membaca
penuh kitab itu.. Atau.. Atau..atau.."
Beberapa hari ini banyak hal berkecamuk difikiran sang
murid setelah membaca surat dari gurunya..
Akhirnya iapun memutuskan untuk datang langsung
menemui gurunya untuk menanyakan maksud isi
suratnya..
Setelah sampai dan menemui gurunya, sang muridpun
bertanya:
"Guru..
Aku sudah membaca suratmu dan aku kecewa pada isi
surat guru.
Mengapa guru tidak menghargai karyaku ini..?"
Sang gurupun dgn santai berkata:
"Muridku, isi kitabmu memang seperti ANGIN KENTUT,
bersuara berbau tapi tidak memiliki wujud.."
"Apa maksud perkataan guru itu..
Mengapa guru mencela kitabku, padahal kitab itu sudah
dibaca banyak orang dan ulama2 negri dan mereka semua
menyenangi isi kitab itu.."
"Baiklah Muridku..
Akan aku tunjukkan bhw kitabmu itu seperti kentut yg tak
berwujud..
Pertama, engku menulis tentang TAUHID,
tetapi dihadapanku kini ternyata engkau masih dipenuhi
BERPRASANGKA dan penilaian..
Kedua, engkau menulis tentang SABAR tetapi engkau
KECEWA dengan isi komentarku
Ketiga, engkau menulis tentang IKHLAS tetapi engkau
MEMPERTANYAKAN masud komentarku..
Keempat, engkau menulis tentang SYUKUR tetapi engkau
TAK MENGHARGAI komentar yg aku berikan..
Kelima, engkau menulis ttg KASIH SAYANG tetapi
bertahun2 engkau pergi dan kini kau datang bukan untuk
menyambung tali kasih sayang melainkan sekedar untuk
MENDAPATKAN sesuatu jawaban atas kegundahan
fikiranmu..
Keenam, engkau menulis tentang MEMAAFKAN tetapi
engkau justru MARAH dengan komentarku..
Ketujuh, engkau menulis tentang TAKWA tetapi engkau
TERLENA dan takabur dengan keberhasilan karena
tulisanmu banyak disanjung orang..
Kedelapan, engkau menulis tentang BERSERAH DIRI tetapi
dirimu TAK TERIMA dengan komentarku..
Muridku..
Sebenarnya aku hanya menguji engkau..
Aku tak ingin engkau hanya pandai dalam menyuarakan
kebaikan hingga suaramu terdengar kesegenap penjuru
negri tetapi tak memiliki wujud dalam prateknya pada
kehidupanmu sendiri..
Ketahuilah muridku, bahwa Akhlak, sikapmu adalah wujud
nyata dari suaramu yg sebenarnya..
Buat apa kau suarakan kebaikan bagi orang kalau kau
sendiri tidak menjadi baik..
Buat apa kau tebar manfaat kepada orang tapi kau sendiri
tak mendapatkan manfaat dari ilmumu.."
Sang muridpun terduduk lunglai..
Ia menyadari kekeliruannya..
Ia banyak memikirkan karyanya dan orang lain hingga lupa
pada DIRINYA SENDIRI..
Seharusnya ilmu yg dimilikinya itu adalah untuk
pembangunan dan manfaat dirinya sendiri dahulu baru
kepada orang lain..
Sambil menangis dan mencium tangan gurunya sang
muridpun berkata:
"Maafkan aku guru..
Aku menyadari kini apa maksud komentar suratmu..
Terima kasih telah mengingatkanku.."
Semoga cerita ini dpt menjadi renungan yg bermanfaat
buat kita semua…….
Aamiin yaa rabbal ‘alamiin......

Salam.

#Mr_ModusSiDurenMajnun